Klarifikasi Dugaan Kecurangan Lelang. Wartawan Dihadiahi Sikap Defensif dan Intimidasi Kepala KPKNL Pangkalpinang

PANGKALPINANG, BABELFAKTA.COM -Sebagai penjabat publik tak selayaknya M. Gunawan Sani Saputro bersikap defensif dan bahkan mengintimidasi wartawan. Ketika dikonfirmasi, Kepala KPKNL Pangkal Pinang, awalnya bersikap defensif dan bahkan mengintimidasi wartawan PerkaraNews.com yang mencoba mengkonfirmasi laporan pengaduan masyarakat

“Anda juga menerbitkan berita tanpa klarifikasi,” tegasnya.

Ada kesan kurang begitu baik dilakukan oleh pihak Kantor pelayanan kekayaan negara dan lelang (KPKNL) Pangkalpinang atas kehadiran awak media yang bisa mendapatkan nomor Hp dari kepala KPKNL Pangkalpinang hal ini juga disaksikan oleh Nurbisbahul Puad selaku pelelang ahli muda dan didampingi oleh Humas KPKNL Pangkalpinang.

“Dari mana bapak dapat no hp saya, sebutkan. Siapa yang memberikannya,”tanyanya dengan nada intimidasi. Jumat,(17/1),sore dikantor KPKNL Pangkalpinang

Namun, M. Nurbisbahul Puad, selaku pelelang ahli muda, memberikan penjelasan bahwa sistem lelang telah sesuai prosedur dan transparan. Ia menyatakan bahwa kecepatan penawaran dipengaruhi oleh koneksi internet peserta.
Terkait tudingan manipulasi, Puad membantahnya.

“Semua proses dilakukan secara terbuka dan online,” jelasnya.

Sebelumnya ada laporan masyarakat tentang dugaan kecurangan dalam lelang 31 unit kendaraan dinas Pemerintah Kota Pangkal Pinang mencuat ke permukaan. Seorang peserta lelang yang mengaku sebagai pemenang kedua melaporkan adanya kejanggalan dalam sistem lelang online yang digunakan.

Dalam laporan yang diterima, peserta lelang tersebut merasa dirugikan karena sistem lelang dianggap tidak transparan dan memberikan keuntungan bagi pihak tertentu.

“Saya melihat banyak kejanggalan dalam proses lelang ini,” ungkap sang pelapor yang enggan disebutkan namanya.

Salah satu kejanggalan yang paling mencolok adalah lonjakan harga penawaran yang sangat cepat dalam waktu singkat.

“Harga penawaran naik sangat drastis dalam hitungan menit, bahkan mencapai puluhan juta rupiah. Ini sangat tidak wajar dan memunculkan dugaan adanya manipulasi sistem,” ujarnya. (MJ001)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *